Cari Blog Ini

25 November 2008

Renungan Untuk Guru


63 Tahun PGRI

Seluruh guru di tanah air, kemarin memperingati Hari Ulang Tahun (HUT) Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) ke-63. Kini usia organisasi guru tersebut sama dengan usia kemerdekaan Republik Indonesia yang juga berumur 63 tahun.

Peringatan HUT PGRI ditandai dengan penyelenggaraan Upacara Bendera secara serentak di seluruh daerah di tanah air, tak terkecuali Batam. Selain upacara, peringatan HUT PGRI ke-63 juga diisi dengan beragam kegiatan.

Pada HUT PGRI kali ini, boleh dikatakan seluruh guru, baik guru yang berstatus Pegawai Negeri Sipil (PNS) atau pun yang berstatus guru honor daerah (honda) dan guru honor komite sekolah dapat tersenyum sumringah.

Para guru menghadiri ucapara dengan pakaian dinas bagus, licin, rapi serta disemarakan dengan wewangian parhum. Antara satu guru dengan guru yang lainnya saling melempar senyum berbagi cerita. Mereka terkesan akrab di bawah naungan PGRI. Untuk menghadiri lapangan upacara guru pun mayoritas menggunakan kendaraan pribadi seperti mobil dan sepeda motor.

Dari gambaran itu tampak sebuah realitas bahwa sekarang ini guru termasuk salah satu profesi yang menjanjikan. Nasib dan kesejahteraan guru tidak seperti dulu lagi. Gaji, tunjangan dan intensif yang diterima guru dari pemerintah sudah lebih dari pada cukup. Jika dibandingkan dengan pekerja perusahaan, sekarang guru jelas lebih sejahtera.

Dulu memang guru kurang mendapatkan perhatian serius dari pemerintah. Profesi guru hanya dipandang sebelah mata. Jadi guru selalu melarat dan akrab dengan kendaraan sepeda ontel. Makanya lahir istilah guru "pahlawan tanpa tanda jasa".

Kini guru tidak cocok lagi disebut sebagai pahlawan tanpa tanda jasa. Karena perhatian yang diberikan pemerintah terhadap guru sudah cukup besar. Bisa disimpulkan guru sudah digaji secara profesional. Apalagi mulai bulan Januari 2009 gaji pokok guru akan naik mencapai 100 %.

Profesi guru sekarang tak kalah mentereng jika dibandingkan dengan pegawai pemda, institusi vertikal, BUMN, tentara, polisi atau pun pegawai perusahaan swasta.

Karena gaji, tunjangan, insentif dan berbagai fasilitas telah diberikan pemerintah kepada guru, maka sudah sewajarnya pula guru meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) dan profesionalismenya.

Bila guru tidak berupaya meningkatkan kualitas SDM-nya, maka generasi Indonesia di masa mendatang akan menjadi generasi yang bodoh dan pemalas. Jelas saja ini mengkhawatirkan.

Realitasnya banyak ditemui guru yang kualitas SDM-nya di bawah standar. Kalau pun banyak yang mengikuti sertifikasi guru, namun itu hanya semata-mata untuk mencari sertifikat saja. Sedangkan proses transformasi dan peningkatan kualitas SDM sangat jarang dilakukan.

Ini adalah masukan bagi guru. Jangan sampai ketika guru sudah sejahtera, diberi gaji besar, tunjangan dan insentif berlipat serta fasilitas mengkilat justru kualitas SDM-nya semakin jauh tertinggal. Mereka tidak mampu menghadapi perubahan dan perkembangan ilmu dan pengetahun yang begitu pesat. Selamat Ulang Tahun Guru. Semoga bisa berbuat lebih banyak bagi generasi mendatang. **