Cari Blog Ini

05 November 2010

Nasib Pekerja Mall pun Terancam


* Fenomena Menjamurnya Mall di Kota Batam


Hangat sinar surya mulai menyapa dari ufuk timur. Mario (bukan nama sebenarnya) pelan membuka pintu utama rumahnya di kawasan Legenda Malaka sambil menggendong anak keduanya yang baru berusia tiga bulan. Mario bercelana selutut, melangkah menuju jalan komplek di depan rumahnya. "Mau, kemana Pak. Libur ya?" sapa Joko tetangganya. "Cari sinar ultra violet, kan bagus buat si kecil," jawab Mario tersenyum. "Mall sepi Pak, toko tempat kerja dah mau tutup," sambung Mario lagi.

Sembari sama-sama menepi, Mario dan Joko pun terlibat pembicaraan lebih lanjut. Menurut Mario toko tempat ia bekerja dalam waktu dekat akan tutup, karena kondisinya tidak sehat lagi. Mal di lokasi toko tempat Mario bekerja tersebut pengunjungnya dari hari ke hari semakin sepi. Hal itu berdampak langsung kepada pembeli yang singgah ke toko pakaian Mario.

"Setahun belakangan kondisinya semakin parah. Sudah berbagai kebijakan diambil bos untuk mengantisipasinya, tapi percuma. Karena kondisinya makin sulit, keputusan terakhir tutup. Yang lain juga sudah banyak yang hengkang dari mal itu," kata Mario sambil membelai-belai kepala anaknya. Mario mengatakan penyebab kondisi itu adalah pertumbuhan mall yang menjamur, sehingga muncul persaingan tidak sehat antar pihak mall yang juga melibatkan para tenant.

Mario bekerja pada sebuah toko pakaian yang cukup besar di salah satu mall yang terletak di bagian utara Pulau Batam. Sejak beberapa bulan belakangan jam kerja Mario tak seperti dulu lagi. Lebih banyak santai. Bahkan kini berangkat kerja sudah tengah hari.

"Banyak mall bukan malah kabar gembira bagi pekerja mall, tapi ancaman. Kini sebagian besar penjaga toko tak ada lagi lembur, tak ada lagi uang makan dan tunjangan lainnya. Alasannya usaha tidak sehat lagi. Karyawan juga paham kondisi itu jadi tak mungkin memaksa. Apalagi cari kerjaan juga susah," jelas Mario.

Ketua Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (SPSI) Kota Batam, Syaiful Badri mengatakan banyak pekerja di sektor mall yang kini bernasib sama dengan Mario. Ia menilai jumlah mall di Batam tidak sebanding lagi dengan jumlah penduduk Kota Batam plus wisatawan lokal dan asing yang berkunjung ke Batam. Sehingga mall-mall yang ada, kondisinya tidak sehat dari sisi bisnis. Akibatnya pihak manajemen mall tidak bisa menunaikan hak-hak karyawan sebagaimana mestinya.

"Banyaknya mall hanya sekedar memperluas lapangan pekerjaan, tetapi tidak untuk meningkatkan kejahteraan pekerja. Kalau manajemen mall dan para tenant
kondisi bisnisnya tidak sehat, akan berdampak langsung kepada pekerja," katanya.
Menurut Syaiful menjamurnya mall di Kota Batam juga berimplikasi buruk bagi gaya hidup kayarwan sektor industri yang sebagian besar gajinya pas-pasan.

"Analisa kami sesungguhnya gaji sebagian besar karyawan industri-industri di Kota Batam ini hanya cukup untuk 20 hari saja dalam satu bulan. Ketika mereka terpengaruh dan memaksakan diri mengkonsumsi barang-barang di mall, resikonya mereka harus gali lobang tutup lobang dan sering makan mie instan," ujar Syaiful. Pemko Batam dan pihak-pihak terkait lainnya menurut Syaiful sudah saatnya mengkaji lebih mendalam lagi penerbitan izin pembangunan mall. "Studi kelayakan harus dijalankan secara benar," timpalnya.

Asmin Patros, anggota Komisi II DPRD Kota Batam yang membidangi sektor perdagangan mengatakan Pemko Batam memang usah sepantasnya melakukan kajian mendalam sebelum menerbitkan izin mal baru sehingga terbangun iklim investasi yang kondusif. Apalagi investasi mall nilainya besar dan membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk balik modal.

Menurut Asmin sebelum izin diberikan harus jelas segmen pasar yang dituju, begitu juga dengan jarak mall yang dilakukan studi kelayakan dengan mal lain yang telah terlebih dahulu berdiri. Adanya kondisi sekarang ini, muncul satu mal baru, lalu mal lain langsung tutup karena kalah bersaing, justru tidak bagus. Terkesan mal saling bunuh. Ketika ditanya dengan jumlah mal sekarang ini, Asmin berpendapat perlu mendapat perhatian dari pemerintah.

***
Sementara itu, Kadis Pasar, Koperasi dan UKM Kota Batam Pebrialin menyebutkan, tumbuhnya industri mal di Batam dapat menampung produk-produk UKM di Batam. Idealnya, sebut Pebrialin, sesuai Perda no. 10 tahun 2009, pemilik mal harus mengakomodir minimal 10 persen dari total space yang tersedia.

Di Batam sendiri, sebut Pebrialin, terdapat lebih dari 20.000 pelaku UKM yang masih aktif. Persaingan yang cukup ketat membuat pelaku UKM harus mencari celah dan cara baru untuk mengembangkan usahanya, termasuk peningkatan kualitas, packaging dan strategi pemasaran.

Sementara itu di tengah-tengah persaingan ritel-ritel raksasa di Batam, pihak Diamond Supermarket di DC Mall Batam mengaku cukup mendapat pukulan yang berat. Namun, dengan kualitas dan persaingan harga membuat supermarket milik DC Mall Batam ini tetap eksis dan dikunjungi masyarakat Batam.

Store Manager DC Mall Batam, Yohana Widyanata mengatakan, setiap harinya rata-rata transaksi di supermarket ini lebih dari 3.000, diakhir pekan transaksi meningkat bahkan lebih dari 5.000 transaksi. "Jika dalam satu transaksi itu yang datang dua orang, berarti kunjungan ke Diamond Supermarket 6.000 sehari. Mereka rata-rata bukan orang yang gampang terpengaruh promosi, melainkan konsumen yang loyal dan terus berbelanja di Diamond Supermarket," tutur Yohana.

Sejak hadir 6 tahun lalu, sebut Yohana, Diamond Supermarket tetap mengutamakan kualitas produk, terutama produk fresh seperti sayuran, buah, daging, ayam, ikan dan aneka bumbu dapur. Saat ini saja, sebut Yohana, harga kebutuhan sembako yang dijual di Diamond Supermarket sangat bersaing dengan mall-mall lainnya di Batam. Tidak hanya bersaing dengan Mall, harga jual juga beda tipis dengan harga di pasar tradisional. **

Oleh: Yon Erizon & Nana Marlina