Cari Blog Ini

04 Februari 2011

Berdo'a Untuk Mesir

Mesir tengah berkecamuk sejak sepuluh hari belakangan. Jutaan rakyat Mesir meminta Presiden Husni Mubarak yang telah berkuasa selama 30 tahun turun tahta. Rakyat Mesir menuntut perubahan dan kebebasan. Namun kehendak jutaan rakyat Mesir itu tidak mudah untuk dipenuhi. Mereka harus berhadap-hadapan dengan para pendukung Husni Mubarak yang notabene juga rakyat Mesir sendiri. Konflik horizontal pun tak dapat dihindarkan. Terutama di Kairo, Ibukota Negara Mesir.

Sudah ratusan orang tewas akibat konflik horizontal. Polisi dan pihak militer juga ikut menyumbangkan praktik berdarah yang berujung maut itu. Diduga pada barisan pro Presiden Husni Mubarak terdapat polisi dan aparat kemananan berpakaian sipil. Mereka sengaja ditugaskan oleh Mubarak untuk mempertahankan kekuasaannya. Kini Mesir, yang selama ini dikenal sebagai salah satu negara Islam terkuat di Timur Tengah berada diambang kehancuran.

Sekitar enam ribuan Warga Negara Indonesia (WNI) yang berada di Mesir, seperti mahasiswa, Tenaga Kerja Indonesia (TKI) dan lainnya secara bertahap telah dipulangkan. Begitu juga dengan negara-negara lain, juga telah mengevakuasi warga negaranya. Karena khawatir kekacauan di Mesir akan terus meluas dan berpotensi menjadi perang suadara. Yang jelas dampaknya sekarang, perekonomian di Mesir kacau-balau. Harga bahan pokok melonjak drastis. Bahkan juga sulit diperoleh. Komunikasi baik telepon rumah maupun telepon selular sering terputus.

Negara-negara Islam seyogyanya segera berperan di dalam menyikapi kekacauan yang tengah melanda Mesir. Melihat kondisi Presiden Husni Mubarak yang semakin terdesak, tak tertutup kemungkinan Presiden yang telah berkuasa sejak tahun 1981 itu akan jatuh. Jika pihak oposisi atau militer tidak siap mengisi kekosongan pemerintahan pasca-kemunduran Husni Mubarak, jelas akan membuat Mesir semakin kacau. Karena itulah perlu dukungan dari negara-negara Islam di dunia.

Yang sangat dikhawatirkan, dengan kondisi Mesir sekarang ini akan muncul negara barat yang menangguk di air keruh. Negara barat itu akan memanfaatkan kondisi Mesir yang kacau balau. Jika itu yang terjadi maka akan bertambah lagi daftar negara Islam di Timur Tengah yang hancur setelah diacak-acak negara barat. Korban sebelumnya ada Irak, Afganistan dan Pakistan. Iran yang terus diberi sanksi ekonomi oleh negara barat, sampai sekarang masih tetap bertahan. Presiden Ahmad Dinejad memang sangat tegas terhadap Amerika Serikat.

Umat Islam di Indonesia dan di mana pun berada, patut kiranya berdoa agar Mesir cepat kembali kondusif. Kendati pun terjadi peralihan kekuasaan dari pihak Presiden Husni Mubarak ke pihak oposisi atau militer, tetapi tetaplah dalam kondisi yang terkendali. Jangan sampai terjadi perang saudara yang pada akhirnya memberikan ruang kepada negara barat untuk memanfaatkan kondisi tersebut guna memecah belah Mesir. Bahkan juga semakin melemahkan keberadaan negara-negara Islam di kancah internasional.

Jika Mesir jatuh dan menjadi kacau-balau, otomatis Israel akan semakin berperan besar di Timur Tengah. Presiden Mesir Husni Mubarak seyogyanya lebih mementingkan negara dan nasib keselamatan rakyatnya daripada hanya untuk kepentingan mempertahankan kekuasaan. Dari fakta yang ada, penguasa yang lama duduk di kursi kekuasaan, cenderung membuat rakyat jenuh. Akibatnya, rakyat bisa berontak dan negara bergejolak. **