Cari Blog Ini

18 Oktober 2010

Golkar Kesulitan Dapatkan Capres Internal di 2014


Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie alias Ical belum memutuskan mencalonkan diri sebagai capres di Pemilu 2014. Hanya saja, Partai Golkar dipastikan akan mengajukan capres dari kadernya. Di sisi lain, pengamat politik Andrinof Chaniago memperkirakan Partai Golkar akan kesulitan mendapatkan calon presiden yang layak jual.

"Kalau untuk pemilu legislatif, Partai Golkar masih mungkin menggeser Partai Demokrat. Tapi untuk pemilihan Presiden, mereka akan kesulitan mencari calon," kata Andrinof di Jakarta, Minggu (17/10).

Kesulitan itu, kata Andrinof, karena Golkar tidak memiliki tokoh yang bisa diandalkan menjelang pilpres nanti. Tokoh yang muncul dari Partai Golkar adalah stok lama dan tak layak jual. "Golkar tak punya tokoh atau stok untuk diusung sebagai calon presiden. Stok-stok lama seperti Sri Sultan, Aburizal Bakrie sudah tidak laku lagi," kata Andrinof.

Andrianof menambahkan Partai Demokrat memiliki stok yang bisa diandalkan untuk menjadi capres meskipun perlu diasah dan diolah lebih profesional. "Partai Demokrat masih punya potensi untuk menampilkan tokoh, misalnya Anas Urbaningrum, yang dalam dua tahun ini mulai membangun ketokohannya. Anas itu adalah Yudhoyono baru tapi harus meninggalkan kekurangan yang dimiliki Yudhoyono," kata dia.

Ia menyebutkan, dari sisi organisasi, Partai Golkar bisa menggeser Partai Demokrat walaupun selisihnya tidak akan jauh beda. "Potensi untuk menggesar Demokrat bisa saja terjadi, tapi tak jauh beda selisihnya karena mesin politik di Golkar sangat bagus dan bekerja dengan baik, tapi dari sisi tokoh, kalah jauh dibanding Demokrat," kata Andrinof.

Sedangkan pernyataan tentang Capres 2014 disampaikan Ical dalam pembukaan Rapimnas Partai Golkar di Kantor DPP Golkar, Jl Anggrek Neli, Slipi, Jakarta, Minggu (17/10). Dalam kesempatan itu Ical juga menuturkan kesiapan partainya untuk mendukung penuh siapapun capres yang akan diajukan Golkar.

"Kita siap. Kita siapkan kader terbaik. Partai Golkar bersikap matang, terbuka dalam mengambil putusan yang tepat. Kita tidak boleh terlalu cepat tidak boleh terlalu lambat," kata Ical, serius.

Ical kemudian mengomentari hasil survey Lingkaran Survey Indonesia (LSI) yang memprediksi Golkar akan menjadi partai yang akan mendominasi Pemilu 2014. Ical mengaku puas terhadap hasil survey tersebut.

"Beberapa hari lalu, lembaga survey menempatkan Partai Golkar sebagai 2 besar pemilu yakni sebesar 17,6 persen. Hasil survey ini tentu masih bersifat sementara. Tapi sebagai indikator, Partai Golkar telah di jalan yang benar," imbuh Ical, sambil tersenyum.

Terkait dengan nasib koalisi, Ical memastikan bahwa koalisi tetap berjalan. Ical menjamin Golkar tidak akan keluar dari koalisi hingga Pemerintahan SBY berakhir pada tahun 2014 mendatang. "Koalisi tetap berjalan," tegas Ical.

Namun demikian, Ical menuturkan, Golkar akan fokus memperkuat jaringan guna pemenangan Pemilu 2014. "Golkar tidak akan tawar menawar seperti pendidikan dan kesejahteraan. Kemenangan Golkar dalam Pemilu 2014 adalah tujuan strategis, tidak boleh ditawar," tandasnya.

Golkar mulai mempromosikan Ketua umumnya Aburizal Bakri untuk calon Presiden 2014. Meskipun ada peluang, Golkar belum tentu memilih Ical sebagai capres.
"Sebagai tokoh utama Golkar, belum tentu Ical akan jadi presiden. Harus tetap lihat peluang. Lagipula Golkar sendiri punya konvensi," ujar peneliti LSI Barkah Pattimahu, di Jakarta (17/10).

Barkah yakin, Ical akan legowo jika dirinya tidak terpilih menjadi Capres dari partainya sendiri, dengan pertimbangan hal tersebut untuk kepentingan Golkar. "Karena Pemilu 2014 tidak lihat usia," ujar dia.

Bagaimanapun, Barkah melihat peluang Ical sebagai Capres tetap besar. Apalagi bila diadu oleh dua rival lainnya, Megawati dan SBY. "Tingkat popularitas Megawati dan SBY sudah optimum. Mereka sudah dikenal oleh lebih dari 90% pemilih. Sedangkan Ical baru 70% dan masih akan merangkak naik," ucapnya.

Mengenai isu lumpur Lapindo yang selalu dikaitkan dengan Ical, Barkah menilai hal ini tidak akan berdampak pada popularitas Ical maupun Partai Golkar. ''Karena isu Lapindo hanya dikonsumsi oleh masyarakat Jawa Timur saja, tidak secara nasional,'' tukasnya. (sm/ant/dtc/mi/ic)

Tidak ada komentar: